Bamsoet meresmikan pabrik di Sumedang |
Terdiri dari dua gedung, gedung A sebagai produksi dan laboratorium, serta gedung B sebagai pengemasan dan pergudangan. Bergerak di bidang industri kosmetik dan obat topikal, dengan kapasitas produksi kosmetik mencapai 16 ton per hari, dan obat topikal mencapai 3,5 ton per hari.
"Sebagai investor, pengusaha, sekaligus warga Sumedang, Iwa Wahyudin dan Heni Purnamasari telah memberikan andil yang besar bagi perekonomian Sumedang dan juga perekonomian nasional. Memiliki lahan hingga 4 hektare, sebanyak 1,2 hektare di antaranya sudah dimanfaatkan untuk pabrik. Sisanya akan dikembangkan menjadi kawasan industri kosmetik terpadu, untuk memproduksi kebutuhan farmasi, pangan olahan, obat tradisional, hingga suplemen kesehatan, dan berbagai kebutuhan perbekalan kesehatan rumah tangga lainnya. Sehingga mampu menyerap 3.000 hingga 3.500 tenaga kerja dari Sumedang dan sekitarnya," ujar Bamsoet usai meresmikan pabrik PT Ratansha Purnama Abadi, di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Kamis (13/10/2022).
"Data Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mencatat pada kurun waktu tahun 2021 hingga Juli 2022, jumlah perusahaan kosmetik meningkat dari 819 menjadi 913 perusahaan. Secara global, perkembangan industri kecantikan dan farmasi Indonesia menempati peringkat ke-9 di dunia. Kementerian Perdagangan melaporkan bahwa ekspor produk kosmetik tumbuh 18 persen dibandingkan tahun lalu. Lebih dari 50 persen pasar ekspor produk kosmetik Indonesia terdistribusi ke negara negara Asia, seperti Thailand, Singapura, Uni Emirat Arab, Jepang, India dan Cina," jelas Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar dan Wakil Ketua Umum SOKSI ini menerangkan, seiring pertumbuhan industri kosmetik yang berkembang pesat, paradigma konsumen terhadap produk kosmetik juga mengalami pergeseran. Pertama, adanya kecenderungan konsumen untuk lebih menyukai produk kecantikan yang memberikan efek glowing dibandingkan efek-efek lain seperti whitening, dan anti-aging. Riset Inventure-Alvara pada Januari 2022 mencatat preferensi pada produk kosmetik jenis ini mencapai 39,6 persen. Kedua, dampak dari pembatasan mobilitas pada saat pandemi Covid-19, menyebabkan pergeseran model bisnis dengan jalur distribusi yang lebih pendek melalui e-commerce, atau direct to consumer.
Riset Inventure-Alvara mencatat preferensi konsumen untuk membeli langsung di official store mencapai 49,1 persen, lebih besar dibandingkan preferensi membeli di toko offline sekitar 37 persen. "Ketiga, pemanfaatan teknologi informasi sebagai media pemasaran. Strategi yang digunakan cenderung menonjolkan review atau ulasan produk melalui media sosial seperti Youtube atau blog. Metode ini dinilai cukup mewakili kepentingan konsumen untuk mengetahui informasi seputar produk yang ditawarkan, tanpa harus mendatangi dan mencoba produk secara langsung," jelas Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila dan Wakil Ketua Umum FKPPI/Kepala
Badan Bela Negara FKPPI ini menerangkan, meskipun pertumbuhan industri
kosmetik di tanah air cukup menjanjikan, namun tidak semua memiliki
kemampuan menghadirkan produk berkualitas dan terjamin aman. Karena itu,
kehadiran PT. Ratansha yang telah menghasilkan produk-produk kosmetik
dengan memenuhi standar CPKB (Cara Pembuatan Kosmetika yang Baik)
didukung keterlibatan langsung owner dalam meracik formula produk dan
melalui proses produksi yang steril dan higienis, PT Ratansha harus
bisa menawarkan produk yang tidak saja berkualitas melainkan juga aman
digunakan.(*/kj)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar